2.1 Pengertian
Pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan non-medis seringkali dilakukan oleh
seseorang yang disebut sebagai dukun beranak, dukun bersalin atau
peraji. Pada dasarnya dukun bersalin diangkat berdasarkan kepercayaan
masyarakat setempat atau merupakan pekerjaan yang sudah turun temurun
dari nenek moyang atau keluarganya dan biasanya sudah berumur ± 40 tahun
ke atas (Prawirohardjo, 2005).
Pendidikan
dukun umumnya adalah Kejar Paket A atau tamat SD, bisa baca tulis
dengan kapasitas yang rendah, mereka tidak mendapat ilmu tentang cara
pertolongan persalinan secara teori di bangku kuliah, tetapi mereka
hanya berdasarkan pengalaman saja. Peralatan yang digunakannya hanya
seadanya seperti memotong tali pusat menggunakan bambu, untuk mengikat
tali pusat menggunakan tali naken, dan untuk alasnya menggunakan daun
pisang
2.2 Cara-cara Pertolongan Oleh Tenaga Non-medis
Tak
berbeda dengan seorang bidan, dukun beranak melakukan pemeriksaan
kehamilan melalui indri raba (palpasi). Biasanya perempuan yang
mengandung, sejak mengidam sampai melahirkan selalu berkonsultasi kepada
dukun, bedanya dibidan perempuan yang mengandunglah yang datang
ketempat praktek bidan untuk berkonsultasi. Sedangkan dukun ia sendiri
yang berkeliling dari pintu ke pintu memeriksa ibu yang hamil. Sejak
usia kandungan 7 bulan kontrol dilakukan lebih sering. Dukun menjaga
jika ada gangguan, baik fisik maupun non fisik terhadap ibu dan
janinnya. Agar janin lahir normal, dukun biasa melakukan perubahan
posisi janin dalam kandungan dengan cara pemutaran perut (diurut-urut)
disertai doa Ketika
usia kandungan 4 bulan, dukun melakukan upacara tasyakuran katanya
janin mulai memiliki roh.hal itu terasa pada perut ibu bagian kanan ada
gerakan halus.
Pada
usia kandungan 7 bulan, dukun melakukan upacara tingkeban. Katanya
janin mulai bergerak meninggalkan alam rahim menuju alam dunia, melalui
kelahiran. Calon ibu mendapat perawatan khusus, selain perutnya
dielus-elus, badannya juga dipijat-pijat, dari ujung kepala sampai ujung
kaki. Malah disisir dan dibedaki agar ibu hamil tetap cantik meskipun
perutnya makan lama makin besar
2.3 Faktor-faktor Penyebab Mengapa Masyarakat Lebih Memilih Penolong Bersalin Dengan tenaga Kesehatan Non-medis
Masih
banyak masyarakat yang memilih persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan non- medis daripada tenaga kesehatan disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain:
a. Kemiskinan
Tersedianya
berbagai jenis pelayanan public serta persepsi tentang nilai dan mutu
pelayanan merupakan faktor penentu apakah rakyat akan memilih kesehatan
atau tidak. Biasanya, perempuan memilih berdasakan penyedia layanan
tersebut, sementara laki-laki menentukan pilihan mereka berdasarkan
besar kecilnya biaya sejauh dijangkau oleh masyarakat miskin.
Sekitar
65% dari seluruh masyarakat miskin yang diteliti menggunakan penyesia
layanan kesehatan rakyat seperti bidan di desa, puskesmas atau
puskesmas pembantu (pustu), sementara 35% sisanya menggunakan dukun
beranak yang dikenal dengan berbagai sebutan. Walaupun biaya merupakan
alasan yang menentukan pilihan masyarakat miskin, ada sejumlah faktor
yang membuat mereka lebih memilih layanan yang diberikan oleh dukun.
Biaya pelayanan yang diberikan oleh bidan di desa untuk membantu
persalinan lebih besar daripada penghasilan RT miskin dalam satu bulan.
Disamping itu, biaya tersebut pun harus dibayar tunai. Sebaliknya,
pembayaran terhadap dukun lebih lunak secara uang tunai dan ditambah
barang. Besarnya tariff dukun hanya sepersepuluh atau seperlima dari
tariff bidan dea. Dukun juga bersedia pembayaran mereka ditunda atau
dicicil(Suara Merdeka, 2003).
b. Masih langkanya tenaga medis di daerah-daerah pedalaman
Sekarang
dukun di kota semakin berkurang meskipun sebetulnya belum punah sama
sekali bahkan disebagian besar kabupaten, dukun beranak masih eksis dan
dominant. Menurut data yang diperoleh Dinas Kesehatan Jawa Barat jumlah
bidan jaga di Jawa Barat sampai tahun 2005 ada 7.625 orang. Disebutkan
pada data tersebut, jumlah dukun di perkotaan hanya setengah jumlah
bidan termasuk di kota Bandung. Namun, di 9 daerah (kabupaten) jumlah
dukun lebih banyak (dua kali lipat) jumlah bidan. Malah di Jawa Barat
masih ada 10 kabupaten yang tidak ada bidan (Ketua Mitra Peduli/Milik
Jabar).
c. Kultur budaya masyarakat
Masyarakat
kita terutama di pedesaan, masih lebih percaya kepada dukun beranak
daripada kepada bidan apalagi dokter. Rasa takut masuk rumah sakit maih
melekat pada kebanyakan kaum perempuan. Kalaupun terjadi kematian ibu
atau kematian bayi mereka terima sebagai musibah yang bukan ditentukan
manusia
Selain
itu masih banyak perempuan terutama muslimah yang tidak membenarkan
pemeriksaan kandungan, apalagi persalinan oleh dokter atau para medis
laki-laki. Dengan sikap budaya dan agama seperti itu, kebanyakan kaum
perempuan di padesaan tetap memilih dukun beranak sebagai penolong
persalinan meskipun dengan resiko sangat tinggi.
2.4 Masalah Yang Dapat Ditimbulkan Apabila Persalinan Ditolong Oleh Non-medis
Menurut
sinyalemen Dinkes AKI cenderung tinggi akibat pertolongan persalinan
tanpa fasilitas memadai, antara lain tidak adanya tenaga bidan apalagi
dokter obsgin. Karena persalinan masih ditangani oleh dukun beranak atau
peraji, kasus kematian ibu saat melahirkan masih tetap tinggi.
Pertolongan gawat darurat bila terjadi kasus perdarahan atau infeksi
yang diderita ibu yang melahirkan, tidak dapat dilakukan.
Penelitian
menunjukkan bahwa kebanyakan orang lebih memilih untuk menggunakan
dukun beranak. Sementara itu, definisi merekatentang mutu pelayanan
berbeda dengan definisi standar medis. Kelemahan utama dari mutu
pelayanan adalah tidak terpenuhinya standar minimal medis oleh para
dukun beranak, seperti dengan praktek yang tidak steril (memotong tali
pusat dengan sebilah bambu dan meniup lubang hidung bayi yang baru lahir
dengan mulut). Riwayat kasus kematian ibu dan janin dalam penelitian
ini menggambarkan apa yang terjadi jika dukun beranak gagal mengetahui
tanda bahaya dalam masa kehamilan dan persalinan serta rujukan yang
terlambat dan kecacatan janin pun bisa terjadi dari kekurangtahuan dukun
beranak akan tanda-tanda bahaya kehamilan yang tidak dikenal (Suara
Merdeka, 2003).
Selain
itu, pertolongan persalinan oleh dukun sering menimbulkan kasus
persalinan, diantaranya kepala bayi sudah lahir tetapi badannya masih
belum bisa keluar atau partus macet, itu disebabkan karena cara memijat
dukun bayi tersebut kurang profesional dan hanya berdasarkan kepada
pengalaman. Usaha Untuk Menjalin Kerjasama Antara Tenaga Medis dan Non-medis Dalam Menolong Persalinan
Berdasarkan
dukun di Indonesia masih mempunyai peranan dalam menolong suatu
persalinan dan tidak bisa dipungkiri, masih banyak persalinan yang
ditolong oleh dukun beranak, walaupun dalam menolong persalinan dukun
tidak berdasarkan kepada pengalaman dan berbagai kasus persalinan oleh
dukun seringkali terjadi dan menimpa seorang ibu dan atau bayinya.
Tetapi keberadaan dukun di Indonesia tidak boleh dihilangkan tetapi kita
bisa melakukan kerjasama dengan dukun untuk mengatasi hal-hal atau
berbagai kasus persalinan oleh dukun.
Seperti
di daerah pedesaan Paminggir, Alas Kokon, Kertajayadan daerah
perkotaan Soklat setelah dua dari empat dukun beranak yang diwawacarai
telah menerima pelatihan dari dokter-dokter puskesmas pada tahun
1990-1991. Mereka merasa pelatihan dan peralatan persalinan yang
diberikan saat pelatihan sangat bermanfaat. Para dukun juga dilatih
tentang pencatatan dan pelaporan. Setiap dukun dilatih membaca sampai
mengerti bagaimana cara pengisian kolom tersebut. Pelatihan untuk
perawatan ibu hamil, pertolongan pada diare, makanan bergizibagi bayi,
balita dan ibu hamil juga dilakukan. Membina hubungan baik dengan dukun
juga dilakukan agar kita bisa lebih gampang menjalin kerjasama dengan
dukun.
2.5 Pelayanan yang Dapat Diberikan Oleh Tenaga Non-medis
Dalam
mutu pelayanan tidak dipenuhinya standar minimal medis oleh para
dukun, seperti dengan praktek yang tidak steril (memotong tali pusat
dengan sebilah bambu dan meniup lubang hidung bayi baru lahir dengan
mulut).
Layanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan non-medis misalnya:
· Dukun mau mendatangi setiap ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan kehamilan.
· Dukun
mematok harga murah, kadang bisa disertai atau diganti dengan sesuatu
barang misalnya beras, kelapa, dan bahan dapur lainnya.
· Dukun
beranak dapat melanjutkan layanan untuk 1-44 hari pasca melahirkan
dengan sabar memanjakan ibu dan bayinya misalkan dia mencuci dan
membersihkan ibu setelah melahirkan.
· Dukun
menemani anggota keluarga agar bisa beristirahat dan memulihkan diri,
sebaliknya bidan seringkali tidak bersedia saat dibutuhkan atau bahkan
tidak mau datang saat dipanggil.
2.6 Tentang Keberadaan Dukun
Walaupun
sekarang sudah jaman moderen kita masih memerlukan tenaga dukun
sebagai pendamping dalam mengawasi kehamilan disaat tenaga bidan tidak
bisa melakukan pengawasan secara penuh dan disuatu daerahyang masih
kurang nya tenagqa bidan. Cara pertolongan persalinan yang dilakukan
oleh dukun tidak jauh berbeda dari cara pertolongan persalinan oleh
bidan, hanya saja dalam penerapannya mereka kurang memperhatikan
kesterilan dan alat-alat yang digunakan masih seadanya. Para dukun juga
melakukan pengawasan kepada ibu hamil semenjak para dukun tahu tentang
kehamilan ibu, hal ini sama dengan lebih mengarah ke spiritual. Dan
keberadaan dukun ini tidak bisa dihilangkan dalam pemberian pertolongan
persalinan. Dan kita sebagai bidan harus menjalin kerjasama dengan
dukun dalam meningkatkan mutu pelayanan dalam pertolongan persalinan
untuk mencegah kematian ibu dan janin serta kecacatan yang mungkin
terjadi.
Dalam
meningkatkan mutu pelayanan kita bisa melakukan pelatihan-pelatihan
kepada dukun sehingga para dukun diharapkan bisa mengetahui tentang
tanda-tanda bahaya kehamilan dan persalinan. Selain itu diharapkan pula
agar para peraji dalam menolong persalinan diajarkan supaya menggunakan
prinsip steril untuk menghindari infeksi dimana infeksi itu sering
sebagai penyebab kematian ibu dan janin. Dalam mewujudkan dukun yang
terlatih, pemerintah harus ikut berpartisipasi memberi dukungan dan
membantu dalam memberikan bantuan peralatan persalinan gratis kepada
para dukun untuk meminimalkan komplikasi pada saat persalinan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar